saya sebenarnya sangat berat mengatakannya. tapi kenyataan terus berkata bahwa kebanyakan dari kita berjalan menuju kegagalan. Kita terus terusan menyangkalnya, tepi disaat yang sama kita terus menempuh jalnnya.
Sejak kita kecil hingga sekarang banyak orang yang memperingatkan kita. Tapi hati kita terus membatu, dan menempu jalan kita sendiri, yaitu jalan menuju kegagalan.
Coba tanya kepada diri anda,sudah sejauh mana anda berusaha menuju kesuksesan. Kita mungkin akan berkata banyak, tapi sayangnya, sekali lagi kebanyakan kita bertingkalaku sebaliknya.
Berapa lama waktu kita gunakan untuk belajar?. Sebaliknya berapa lama kita bermain?. Berapa lama kita duduk bermalas malasan. Atau dalam satu bulan sudah sejauh mana peningkatan yang kita lakukan?. Sudah berapa ilmu baru yang kita ketahui?. Dari 24 jam sehari berapa jam yang kita manfaatkan?.
Ketika pertanyaan itu kita tanyakan pada diri kita. Jawaban dari kita selalu mengecewakan.
Sewaktu kita SD, guru anda pasti pernah memberi anda nasehat. Pertanyaannya sudahkah anda mengerjakannya.
Ketika anda mendengar tentang kisa kesuksesan, sudahkah anda menirunya.
Jika kita diberi dua pilihan antara ‘kesuksesan’ dan ‘kegagalan’. Kita akan memilih’kesuksesan’. Tapi jika pilihannya ‘bekerja keras’ dan ‘bermalas malasan’ kita justru memilih jawaban yang kedua.
Kita terus-menerus mendapat motivasi, nasehat, dorongan, bahkan paksaan. Tapi kita tak pernah sadar olehnya, kita justru baru tersadarkan ketika waktu yang menyadarkan. Yaitu ketika kita telah sampai pada jurang kegagalan.
(S. Thariq Al Fatih). Artikel-No:-000032
Selasa, 11 Agustus 2009
mengapa harus waktu yang menyadarkan
Author: thariq alfatih
| Posted at: 05.08 |
Filed Under:
menuju kesuksesan,
renungan pengembangan
|
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar